Friday, 26 June 2015



Bulan puasa sudah tiba. Lebaran pun semakin dekat. Selain berpuasa menahan hawanafsu, kegembiraan pada bulan puasa ditambah dengan rekening yang semakin tebal karena ada uang dana ekstra tunjangan hari raya atau THR.

Uang ekstra yang didapatkan di luar gaji bulanan ini tentu saja harus tetap dikelola. Salah pengelolaan bisa-bisa tertimbun utang ketika masa Lebaran usai.

THR biasanya dibagikan dua pekan menjelang Lebaran. Ada baiknya uang ini dipisahkan dari gaji bulanan. Gaji bulanan dapat digunakan untuk membayar biaya-biaya rutin. Sementara THR digunakan untuk memenuhi kebutuhan seputar Lebaran. Nah, sebelum habis digunakan untuk membeli baju baru atau makanan berlimpah, sisihkan dahulu uang THR untuk menambah investasi rutin. Setidaknya 10 persen dari uang THR sebaiknya disisihkan dahulu untuk keperluan investasi.

Setelah menyisihkan untuk tabungan pada masa yang akan datang, uang THR juga dapat digunakan untuk "menabung" dalam bentuk lain, seperti untuk membayar zakat. Sebagai pekerja, kita juga senang ketika menerima THR. Nah, jangan lupakan pekerja-pekerja lain yang membantu kita, seperti asisten rumah tangga, sopir, atau pekerja rumah tangga lainnya.
Kita juga bisa menyisihkan sebagian THR yang diterima untuk berbagi kepada mereka yang berpenghasilan lebih rendah di tempat kita. Barulah setelah itu sisa uang THR digunakan untuk membiayai keperluan Lebaran lainnya.


Apakah sisa THR itu mencukupi kebutuhan Lebaran kita?

Pengeluaran semasa puasa dan Lebaran memang lebih besar dibandingkan dengan bulan lainnya. Sebagian keperluan untuk Lebaran, seperti biaya mudik, membeli baju baru, dan angpau Lebaran, dapat dipenuhi dari uang THR. Tetapi, sering kali kebutuhan lebih besar dibandingkan dengan uang THR. Ujungnya, setelah Lebaran, utang kartu kredit atau utang tanpa agunan membengkak.

Semua pengeluaran tambahan ini sebenarnya dapat diatur dengan menyisihkan pengeluaran bulanan untuk keperluan Lebaran ini. Misalnya, untuk keperluan Lebaran diperlukan dana Rp 10 juta. Kita dapat membagi beban ini menjadi 12 bulan.

Jadi, dalam satu bulan kita menyisihkan Rp 800.000 untuk keperluan Lebaran ini. Dengan demikian, setelah setahun menabung, ditambah dengan uang THR, keperluan Lebaran tentu dapat terpenuhi tanpa dipusingkan dengan utang setelah Lebaran.



Mengemil bagi sebagian orang sudah menjadi kebiasaan yangmendarah daging. Namun mengemil bisa menjadi kebiasaan buruk jika kita tidak bisa selektif dan mengatur takaran camilan kita. Apalagi, urusan ngemil ini sangat identik dengan penyakit diabetes.

Banyak ragam camilan yang dapat memicu terkena diabetes. Terutama camilan yang mengandung gula dan karbohidrat yang tinggi. Padahal, kita bisa menghindari terkena diabetes sambil terus menjalani kebiasaan ngemil. Inilah yang dinamakan mengemil sehat.

Selain menghindari penyakit diabetes, mengemil sehat juga masih bisa dilakukan penderita diabetes. Azkha Erdhianto, Dokter Umum RS Eka Hospital BSD menjelaskan bahwa mengemil sebenarnya merupakan kebiasaan yang sangat buruk. Apalagi jika pilihan makanan adalah keripik yang banyak memiliki sodium, bahan pengawet dan bahan tidak sehat lain.

Bahkan mungkin nilai nutrisinya tidak banyak dan malah memicu penyakit seperti kolesterol dan tekanan darah tinggi. Ini akan lebih menyusahkan para penderita diabetes untuk tetap bisa ngemil. "Mereka yang memiliki diabetes melitus sebenarnya masih tetap bisa ngemil sehat," ujar Azkha.

Perhatikan macamnya

Seperti dikutip dari www.health.com, camilan bukanlah makanan yang bisa dimasukkan dalam diet diabetes. Tapi camilan bisa menjadi baik jika Anda tahu jenis dan macam pilihan camilan apa yang bisa membuat Anda sehat dan mendukung diet Anda. Menurut Azkha, kuncinya adalah mengetahui makanan yang baik, ukuran porsi yang tepat dan seberapa sering Anda bisa makan makanan tersebut.

Azkha menambahkan, makanan yang jadi camilan harus memiliki kombinasi yang baik seperti lemak, protein dan karbohidrat yang mendominasi dari kandungan lainnya. Camilan yang baik adalah yang mengandung 15 gram-30 gram karbohidrat dengan 100-200 kalori saja. "Anda bisa memilih plain yogurt, popcorn tanpa mentega dan buah-buahan serta kacang-kacangan," tutur Azkha.

Mengacu pada patokan tersebut, Azkha bilang, camilan bagi penderita diabetes memang sangat terbatas dan itulah yang harus diterima. "Penderita diabetes tidak mungkin bisa memakan cheese cake atau kue bolu dan tart yang jelas-jelas bukan pilihan sehat," imbuh Azkha.

Pilihan camilan lain adalah biskuit berbahan gandum. Pemilihan buah sebagai camilan pun harus hati-hati. Karena buah mengandung gula alami. Hindari jenis-jenis buahyang mengandung banyak gula seperti mangga, semangka, nangka, durian dan lengkeng.

Penderita diabetes yang doyan ngemil juga perlu mengatur porsi yang bisa dimakan dan waktu yang tepat. Misal, cukup satu mangkuk kecil kacang atau camilan lain pada pagi dan sore hari.

Penderita diabetes bisa memperkirakan berapa banyak karbohidrat dalam makanan tersebut dan mengatur jadwal kapan bisa ngemil. Sama seperti jadwal ngemil pada umumnya, konsumsi kacang-kacangan tersebut bisa dilakukan antara waktu makan pagi dan siang serta antara waktu makan siang dan makan malam. Misalnya, ngemil bisa dilakukan pada sekitar pukul 10.00 dan pukul 16.00.

Dian Alhidayati, dokter di salah satu rumah sakit Pekan Baru menambahkan, sebaiknya penderita diabetes cari aman jika memang tidak bisa meninggalkan kebiasaan ngemil. Ia menyarankan, camilan bisa berupa buah-buahan segar atau sayur-sayuran. "Yang jelas, kadar karbohidratnya tidak besar," imbuhnya.

Penyakitdiabetes, kata Dian, merupakan penyakit yang timbul karena peningkatan kadar gula darah. Kadar gula darah yang meningkat akan mengganggu metabolisme sel dari darah ke otak.

Jika dilihat faktornya, Dian menyebut ada dua penyebab seseorang terkena diabetes. Pertama adalah faktor bawaan. Kondisi ini memungkinkan seseorang memiliki hormon insulin yang kurang bagus. Biasanya, orang dengan bawaan ini terkena diabetes tipe 1.

Penyebab kedua adalah tubuh yang tidak merespon gula darah. Dian menerangkan, kondisi ini bisa terlihat dari penderita diabetes melitus atau diabetes tipe 2. Nah, untuk penderita diabetes tipe ini, kata Dian, harus menghindari makananberkarbohidrat tinggi seperti nasi, ragi, dan makanan-makanan lain yangmengandung gula.